pxl
Lompat ke konten
Home » Blog Archive » Mengenal Latte Factor dan Dampaknya Bagi Keuangan

Mengenal Latte Factor dan Dampaknya Bagi Keuangan

Akhir-akhir ini, istilah latte factor yang sangat populer dan menjadi perbincangan sosial. Istilah ini pertama kali dicetuskan oleh David Bach, seorang pengusaha sukses asal Amerika dengan bukunya yang berjudul Finish Rich. Namun, sebenarnya apa sih latte factor itu? Mengapa hal tersebut dapat menjadi kebiasaan dan berdampak buruk bagi keuangan seseorang? Mari mengenal latte factor lebih lanjut, simak artikel dibawah ini!

Latte Factor

Mengenal Latte Factor

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, istilah latte factor pertama kali dicetuskan oleh David Bach, seorang pengusaha sukses asal Amerika dengan bukunya yang berjudul Finish Rich. Istilah latte factor merujuk dari banyaknya warga di Amerika baik tua maupun muda yang sering membeli kopi latte di kedai kopi mahal setiap hari, dengan alih-alih kopi dapat meningkatkan produktivitas. Bach mengungkapkan bahwa latte factor merupakan kebiasaan yang dilakukan orang-orang dalam membelanjakan penghasilan mereka terhadap hal-hal kecil dan dilakukan setiap hari. Namun, istilah tersebut tidak hanya merujuk pada pembelian kopi saja. Tanpa kita sadari, banyak pengeluaran kecil yang setiap hari kita lakukan, dan hal tersebut lambat laun berubah menjadi sebuah kebiasaan. Meskipun nominalnya kecil, jika dikalkulasikan dalam periode seminggu, sebulan, atau setahun, nominal tersebut dapat membuat Anda benar-benar tercengang karena jumlahnya yang lumayan.

Latte Factor dan Dampaknya Bagi Keuangan

Latte factor memiliki dampak yang sangat besar bagi keuangan seseorang. Jika kamu beli kopi kekinian seharga Rp20.000 dan hampir setiap hari,  dalam seminggu kamu telah mengeluarkan uang sebesar kurang lebih sebesar Rp100.000.  Kemudian dikalikan dalam sebulan. Kamu bisa habiskan kurang lebih sebesar Rp400.000. Pengeluaran tersebut baru dari kopi saja. Masih ada pengeluaran lain yang kamu lakukan seperti contohnya makan di restoran setiap minggu, beli air mineral kemasan setiap hari, order makanan secara online, sering pakai jasa taksi online, dan belanja online secara impulsif. Coba hitung kembali berapa biaya yang kamu keluarkan untuk kepentingan tersebut dan kalikan dalam waktu setahun. Nominalnya sangat mencengangkan pastinya.

Bayangkan jika dana tersebut kamu tabung atau investasikan, berapa keuntungan dari investasi tersebut. Sayangnya, kesadaran masyarakat Indonesia terhadap investasi masih tergolong rendah. Dan yang lebih ironis lagi, latte factor lebih banyak menjangkiti kaum milenial. Perkembangan teknologi yang pesat memberikan kemudahan bagi kaum millenial dalam memenuhi kebutuhan hidup hanya dengan melalui gadget. Kebiasaan ini menjadikan mereka lebih gampang mengeluarkan uang untuk kebutuhan yang tidak mendesak. Hadirnya sosial media juga menjadikan beberapa orang untuk berlomba-lomba menunjukkan eksistensinya dengan memamerkan kebiasaan berbelanja tanpa peduli dengan kondisi keuangan. Hal ini menyebabkan generasi millenial menjadi sulit untuk menabung. Dapat disimpulkan latte factor terjadi karena kebiasaan, tekanan sosial, hingga kontrol diri yang lemah. Agar tidak terjebak dalam kebiasaan tersebut, berikut tips dari Ximply yang dapat kamu lakukan.

Latte Factor

1. Bedakan Kebutuhan dan Keinginan

Prioritaskan kebutuhan merupakan hal yang wajib kamu lakukan setelah menerima penghasilan. Alokasikan dana untuk kebutuhan primer seperti biaya hidup, hutang, tagihan listrik, tabungan, dana darurat dan biaya self reward seperti budget liburan atau belanja. Persentase kebutuhan masing-masing orang berbeda-beda. Kamu dapat menentukannya sendiri berdasarkan nominal dari penghasilanmu. Nah, untuk keperluan seperti makan diluar bersama teman atau membeli barang yang kamu inginkan bisa diambil dari biaya self reward, sehingga tidak mengganggu budget yang lain. Selain kebutuhan utama yang terpenuhi, kamu masih tetap bisa menikmati treat atau reward untuk diri sendiri setelah bekerja keras.

Latte factor

2. Cari Alternatif Lain

Cari alternatif lain sebagai pengganti agar pengeluaran kecil tersebut tidak setiap hari kamu lakukan. Seperti contoh, jika kamu harus minum kopi setiap hari, cobalah untuk mulai menyeduh kopi sendiri. Kamu juga bisa membawa bekal untuk mengurangi order makanan online serta membawa tempat minum supaya lebih hemat. Mulai beralih ke transportasi umum untuk mengurangi frekuensi pemesanan taksi online. Selain lebih hemat, kamu juga turut berpartisipasi dalam mengurangi sampah botol minum dan emisi gas kendaraan.

Alternatif membawa bekal

3. Catat Seluruh Pengeluaran

Hal terakhir yang dapat kamu lakukan adalah catat seluruh pengeluaranmu. Lakukan evaluasi terhadap pengeluaran tersebut, sehingga kamu dapat mengetahui bagian mana dari pengeluaranmu yang berpotensi pada pemborosan. Setelah mengetahui seluruh record pengeluaran, lakukan perencanaan keuangan ke depan. Mencatat pengeluaran memang bukan perkara mudah jika masih dilakukan dengan cara manual. Ximply hadir sebagai solusi untuk menjawab tantangan tersebut. Dengan fitur Intelligent Scan, kamu hanya memerlukan waktu kurang dari 5 detik untuk mencatat pengeluaran. Simple dan hemat waktu, keuangan tetap terkontrol.

Mencatat pengeluaran

Setelah penjelasan diatas, gimana nih? Jadi makin bijak dalam menggunakan uang kan? Yuk mulai sadar finansial dan atur pengeluaranmu. Selamat mencoba tips tersebut!

Baca juga : Pengeluaran Bisnis : Definisi, Jenis, dan Manfaatnya 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
1
Butuh bantuan?
Halo 👋🏻
Apakah ada yang dapat kami bantu?